Kisah Andrian Sang Pemandi Jenazah di Rumah Sakit
Malam di Rumah Sakit yang Sepi
Rumah sakit itu berdiri sudah lebih dari tiga puluh tahun. Letaknya di pinggir kota, di antara pepohonan tua dan jalanan kecil yang jarang dilewati kendaraan. Masyarakat sekitar menyebutnya “rumah sakit angker” karena banyak cerita misteri yang beredar, terutama tentang ruang jenazah di lantai bawah tanah.
Andrian, seorang pemandi jenazah, sudah bekerja di rumah sakit ini selama lima tahun. Ia dikenal sebagai sosok yang tenang, disiplin, dan jarang bicara. Bagi Andrian, memandikan jenazah adalah pekerjaan mulia. Ia percaya, setiap jasad yang dirawatnya adalah amanah terakhir sebelum dikuburkan.
Namun, malam itu, tepat pukul 01.33 dini hari, hidupnya berubah selamanya.
Pekerjaan Malam Andrian
Seperti biasa, Andrian memulai pekerjaannya dengan doa. Malam itu ia memandikan jenazah seorang perempuan paruh baya yang menjadi korban kecelakaan lalu lintas. Luka-lukanya parah, wajahnya hampir tidak dikenali, tapi ia tetap memandikannya dengan sabar dan hati-hati.
Setelah dimandikan dan dikafani, jenazah tersebut disimpan di dalam kantong khusus pendingin. Keluarga korban baru akan datang paginya untuk membawa jenazah pulang.
Ruang jenazah sunyi. Hanya ada suara tetesan air dari kran tua dan suara jarum jam yang berjalan lambat. Udara dingin menusuk tulang. Andrian terbiasa dengan suasana seperti ini. Tapi malam itu terasa berbeda. Suasananya berat, seakan ada yang memperhatikan dari balik kegelapan.
Awal Gangguan: Kantong Jenazah yang Bergerak
Ketika Andrian sedang membereskan alat-alatnya, lampu ruang jenazah tiba-tiba berkedip.
“Listriknya drop lagi…” gumamnya.
Ia menoleh ke arah meja pendingin jenazah. Matanya membelalak. Satu kantong jenazah terlihat bergerak pelan seperti ada yang berusaha keluar.
Jantungnya berdegup kencang. “Jangan-jangan pasiennya belum meninggal?” pikirnya.
Dengan tangan gemetar, Andrian mendekat. Ia mendengar suara lirih dari dalam kantong itu:
“A…an…dri…an…”
Andrian berhenti. Namanya dipanggil lirih dari dalam kantong jenazah. Darahnya berdesir. Tidak mungkin jenazah tahu namanya. Ia menarik napas dalam, lalu pelan-pelan membuka resleting kantong itu.
Kosong.
Kantong jenazah itu kosong. Tidak ada jenazah di dalamnya, hanya kain kafan yang terlipat rapi.
Kemunculan Perempuan Berbungkus Kafan
Andrian mundur selangkah, berusaha memahami apa yang terjadi. Tiba-tiba suara lirih itu terdengar lagi, kali ini lebih jelas:
“Andrian… giliranmu…”
Matanya menatap ke ujung ruangan. Di sana, seorang perempuan berbungkus kain kafan berdiri. Wajahnya penuh darah, matanya kosong, bibirnya sobek seperti tertawa. Itu adalah perempuan yang tadi ia mandikan.
Perempuan itu berjalan perlahan ke arah Andrian, meninggalkan jejak air bercampur darah di lantai.
Andrian ingin berlari, tapi tubuhnya terasa kaku. Kakinya seakan menempel di lantai. Nafasnya tersengal-sengal, keringat dingin mengucur deras. Perempuan itu semakin dekat, semakin dekat.
Lampu Padam dan Sentuhan Dingin
Tiba-tiba lampu padam total. Ruang jenazah gelap gulita. Hanya suara langkah kaki basah yang terdengar mendekat.
Andrian menahan napas. Dalam gelap, ia merasakan sesuatu yang dingin menyentuh bahunya. Nafas berat terdengar tepat di telinganya.
“Sekarang… giliranmu yang harus kumandikan…”
Jeritan Andrian memecah keheningan malam.
Pagi yang Menggemparkan
Petugas shift pagi tiba di ruang jenazah pukul enam. Mereka terkejut melihat pintu ruang jenazah terbuka lebar. Ketika mereka masuk, pemandangan mengerikan menanti.
Andrian tergeletak tak bernyawa di meja pemulasaran. Tubuhnya sudah terbungkus kain kafan rapi, persis seperti jenazah yang ia mandikan semalam.
Tidak ada tanda-tanda kekerasan. Hanya wajah Andrian yang terlihat seperti ketakutan luar biasa.
Kasus ini menjadi misteri di rumah sakit tersebut. Tidak ada yang bisa menjelaskan bagaimana Andrian bisa terbujur kaku dengan tubuh terbungkus kafan. CCTV di ruang jenazah malam itu hanya menampilkan rekaman yang rusak, bergaris-garis, dan tanpa suara.
Desas-desus di Kalangan Pegawai
Sejak malam itu, banyak pegawai rumah sakit mengaku mendengar suara lirih memanggil nama mereka di ruang jenazah. Ada yang merasa pundaknya ditepuk, ada yang melihat bayangan putih berbungkus kafan melintas di lorong.
Beberapa bahkan memutuskan untuk berhenti bekerja di sana. Mereka percaya arwah perempuan itu masih gentayangan, mencari “pemandi jenazah baru” untuk menggantikan Andrian.
Rahasia Lama Rumah Sakit
Beberapa minggu kemudian, seorang perawat senior bercerita kepada wartawan lokal bahwa rumah sakit itu pernah memiliki kasus misterius di tahun 1990-an. Konon, ada seorang pemandi jenazah bernama Sumarni yang juga meninggal misterius di ruang yang sama. Tubuhnya ditemukan sudah dibungkus kafan tanpa ada yang tahu siapa yang melakukannya.
Sejak saat itu, rumor berkembang bahwa ruang jenazah tersebut dihuni oleh arwah-arwah gelisah yang mati tidak wajar. Mereka menuntut “tumbal” dari setiap pemandi jenazah yang bekerja di sana.
Kisah yang Tak Pernah Berakhir
Hingga kini, ruang jenazah rumah sakit itu masih beroperasi. Petugas baru datang dan pergi, tapi cerita tentang Andrian selalu jadi pembicaraan. Orang-orang bilang, jika tengah malam ada yang mendengar namanya dipanggil lirih di ruang jenazah, maka keesokan paginya orang itu akan ditemukan terbujur kaku, sudah dibungkus kafan.
Beberapa bahkan mengaku mendengar suara perempuan berbisik:
“Giliranmu…”
Sampai sekarang, tidak ada yang berani sendirian di ruang jenazah setelah pukul dua belas malam.
Penutup: Peringatan untuk Kita Semua
Kisah Andrian sang pemandi jenazah bukan sekadar cerita horor. Ini adalah pengingat bahwa dunia tak kasat mata mungkin benar-benar ada di sekitar kita. Ada energi yang kita tidak bisa jelaskan dengan logika, apalagi di tempat yang setiap hari bersinggungan dengan kematian.
Bagi sebagian orang, cerita ini hanyalah urban legend. Tapi bagi mereka yang pernah bekerja di rumah sakit tua itu, sosok Andrian dan perempuan berbungkus kafan adalah kenyataan pahit yang tidak akan pernah mereka lupakan.
Jadi, jika suatu hari Anda melewati ruang jenazah di malam hari, dan mendengar suara lirih memanggil nama Anda, ingatlah kisah ini. Jangan menoleh. Jangan berhenti. Berjalanlah cepat dan jangan pernah menoleh ke belakang.
Share this content:
Post Comment