Loading Now

Saat Hujan Turun di Bulan Oktober

Awal dari Sebuah Kenangan

Hujan turun dengan lembut di sore bulan Oktober. Suara tetesannya menyentuh atap seperti melodi yang menenangkan hati. Di balik jendela sebuah kedai kopi kecil, seorang perempuan duduk sendiri sambil menatap keluar. Namanya Nadira — gadis berambut panjang dengan senyum yang jarang terlihat sejak seseorang pergi dari hidupnya setahun lalu.

Hari itu, ia tidak bermaksud datang ke kedai itu. Tapi langkahnya seperti diarahkan oleh kenangan. Setiap aroma kopi yang tercium, setiap denting sendok yang terdengar, seolah membawa kembali potongan-potongan masa lalu yang belum benar-benar hilang.


Pertemuan yang Tak Direncanakan

Saat Nadira meneguk kopi kedua, pintu kedai berdering pelan. Seorang pria masuk, mengenakan jaket cokelat tua dan wajah yang terasa familiar. Nadira menatapnya — dan waktu seperti berhenti sejenak.

Itu Reno, pria yang dulu pernah berjanji akan menunggunya. Janji yang tak pernah ditepati, karena kehidupan membawa keduanya ke arah berbeda. Reno menatap balik, matanya penuh keraguan, tapi juga rindu yang tak bisa disembunyikan.

“Dira?” suaranya lirih.
Nadira tersenyum kecil, “Kamu masih suka datang ke tempat ini rupanya.”

Mereka duduk berhadapan. Tak ada kata yang perlu banyak diucapkan. Hanya diam yang berbicara, ditemani hujan yang semakin deras.


Tentang Luka yang Pernah Ada

Reno menatap ke luar jendela. “Aku pergi waktu itu bukan karena tak cinta,” katanya pelan.
Nadira menatap meja, jarinya menggambar lingkaran di atas uap kopi yang tersisa. “Tapi kamu tetap pergi, Ren. Dan itu cukup membuatku belajar… bahwa tidak semua cinta butuh alasan untuk hilang.”

Reno menghela napas. “Aku tahu aku salah. Tapi setiap hujan turun, aku selalu ingat kamu. Dan Oktober selalu jadi bulan yang aneh sejak itu.”

Hujan seperti menegaskan kata-kata Reno. Di antara dentingan air, hati Nadira mulai luluh. Tidak sepenuhnya memaafkan, tapi juga tidak lagi ingin marah.


Hujan yang Menyembuhkan

Beberapa jam kemudian, hujan mulai reda. Langit menampakkan semburat jingga senja. Reno berdiri, menatap Nadira sekali lagi.
“Aku nggak berharap kamu kembali,” katanya pelan, “aku cuma ingin kamu tahu… aku menyesal.”

Nadira mengangguk. “Aku juga menyesal pernah menunggu terlalu lama. Tapi mungkin hujan ini memang harus turun — supaya kita bisa belajar berhenti menahan.”

Reno tersenyum. Mereka berjabat tangan, lalu berpisah di bawah langit yang baru berhenti menangis.

Dan di langkah terakhir, Nadira menyadari sesuatu — bahwa tidak semua pertemuan harus diakhiri dengan kepemilikan. Kadang, cukup dengan kedewasaan untuk melepaskan.

Share this content:

138b8bcc3accec6d540d7273cac528ad547c61bf332916c9007a2fff00bf1368?s=150&d=mp&r=g Saat Hujan Turun di Bulan Oktober
Web |  + posts

Post Comment